Home » » Minat Baca Warga Kendal

Minat Baca Warga Kendal

Written By Agus M. Irkham on 1 Aug 2010 | 02:33



: agus m irkham

Pertengahan Juni lalu, saya dan kawan-kawan di Kendal menggelar acara perbukuan bertajuk Kendal Book on The Street. Sesuai namanya, acara ini bertujuan mengampanyekan aktivitas membaca di ruang publik. Tempat yang kami pilih adalah sisi timur-selatan alun-alun Kendal. Terletak persis di sebelah komplek kantor kabupaten Kendal. Sasaran program ini adalah para orangtua dan anak-anak. Karena satu-satunya pihak yang paling berkewajiban mengenalkan buku dan aktivitas membaca kepada anak-anak adalah para orangtua. Kebiasaan membaca yang dilakukan kedua orangtua akan menjadi model kampanye baca yang efektif buat anak-anak. Karena anak-anak biasa cenderung meniru apa-apa yang dilakukan orang dewasa, terutama kedua orangtuanya.

Selain itu tentu saja ada berderet pamrih yang hendak kami raih. Beberapa diantaranya sebagai ajang mempromosikan kegiatan membaca buku pada masyarakat Kendal. Sarana menjalin keakraban antara anak dan orangtua, dengan buku sebagai media atau sarananya. Mempopulerkan aktivitas membaca di Kota Kendal melalui kegiatan di ruang publik yang menggembirakan. Menumbuhkan minat membaca, diskusi, cinta kehidupan dan ilmu pengetahuan. Meningkatkan derajat kebutuhan masyarakat akan pustaka (buku). Mencerdaskan dan menerbitkan pencerahan kepada khalayak, khususnya para orangtua, di Kota Kendal. Serta mensinergikan program antara pihak-pihak yang berperan (stakeholders) dalam upaya meningkatkan budaya baca masyarakat Kendal.

Berderet pamrih itu, kami dekati dengan menawarkan beragam menu acara yang bersifat partisipatif, menyenangkan sekaligus memuat unsur edukasi juga. Misalnya kuis tebak jumlah buku, lomba berburu buku (menjawab pertanyaan yang jawabannya bisa ditemukan di buku yang dipamerkan), saatnya ayang mendongeng, workshop origami (seni melipat kertas dari Jepang), parade mewarnai gambar, hingga klinik perpustakaan.

Untuk terakhir yang disebut, secara khusus Kantor Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Kendal menghadirkan mobil baca sekaligus beberapa pustakawan sebagai ”dokter”. Para peserta yang hadir bisa mengonsultasikan kesulitan dan meminta tips dan tahapan ketika akan membuat perpustakaan keluarga (home library).

Secara umum, acara berlangsung sukses. Hanya saja, dari segi jumlah pengunjung, berada di bawah perkiraan. Tapi saya kira—kalau boleh berapologi—yang demikian adalah sesuatu yang lumrah. Mengingat acara Kendal Book on The Street ini adalah kali pertama dihelat di wilayah kabupaten Kendal. Kami menempatkan acara ini sebagai ayunan langkah pertama dari seribu jangkah yang disebut sebagai Kendal Membaca dan Menulis. Yaitu terbentuknya masyarakat Kendal yang memiliki budaya baca dan tulis yang tinggi.

Ada beberapa catatan yang dapat saya bubuhkan, begitu Kendal Book on The Street usai. Pertama, rupa-rupanya di (kota) Kendal telah tumbuh kelas/golongan menengah. Baik dari segi pendidikan maupun ekonomi. Asnad yang dapat saya ajukan adalah berupa angka pembelian buku. Meskipun para orangtua yang datang tidak sampai 200 orang, tapi mayoritas mereka membeli buku-buku yang dipamerkan. Tepatnya memborong, karena rerata buku yang dibeli lebih dari 3 eksemplar.

Artinya dilihat dari segi masadepan pertumbuhan kemanusiaan masyarakat Kendal, bolehlah kami terburu-buru mengatakan ada harapan baik. Mengingat di mana-mana perubahan sosial (perbaikan kualitas kehidupan masyarakat jamak) mayoritas digerakkan oleh kelas menengah. Tentu dengan asumsi, anak-anak dari keluarga kelas kelas menengah yang gemar membaca buku ini bakal tumbuh menjadi pribadi yang berkesadaran dan memiliki keberpihakan (sensitif) terhadap persoalan-persoalan khalayak.

Kedua, acara perbukuan, kampanye minat baca, haruslah dikemas secara menarik sekaligus melibatkan audiens. Pengunjung/peserta tidak bisa lagi ditempatkan hanya sebagai objek. Mereka harus dilibatkan dalam acara, mulai awal hingga akhir. Sehingga ada proses transformasi kesadaran bahwa acara tersebut bukan milik panitia, tapi milik mereka. Mereka tampil menjadi subjek (pelaku). Salah satu kunci kemasan yang menarik adalah dengan menindih ikon aktivitas budaya pop: bermain, bersenang-senang, sekaligus ada unsur pemelajarannya. Banyak aksi, tapi dengan tetap memperhatikan substansi.

Ketiga, sudah saatnya para stakeholder (toko buku, penerbit, pekerja buku, penulis, pemerintah, perpustakaan pemerintah, forum Taman Bacaan Masyarakat)
dan shareholders (komunitas “nonbuku”, media massa/pers, jurnalis, lembaga pendidikan, perusahaan, keluarga pecinta buku, dan budaya masyarakat)
budaya baca di Kendal unjuk gigi ke publik luas. Unjuk gigi itu dapat ditempatkan sebagai momentum gerakan masif program Kendal Membaca (dan Menulis). Selama ini aktivitas yang sering menyedot perhatian publik Kendal adalah olahraga dan musik. Tidak saja karena keduanya memang dari sononya sudah terkenal, tapi juga karena ditawarkan, dipromosikan dan digelar secara besar-besaran.

Agaknya hal yang sama harus dilakukan pula—untuk mengampanyekan pentingnya aktivitas membaca dan menulis di Kendal. Tanpa itu masifikasi gerakan membaca di Kendal layaknya menjual es di kutub utara sana. Sulit!
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kumpulan artikel gratis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger