Home » » ”Memindah” Perpustakaan ke dalam Rumah

”Memindah” Perpustakaan ke dalam Rumah

Written By Agus M. Irkham on 29 Mar 2009 | 01:58




: agus m. irkham

Judul:
Seri Rumah Ide : Home Library
Penulis:
Imelda Akmal
Penerbit:
PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan I:
2007
Tebal:
64 hal
Harga:
Rp. 29.500,-


Buat Anda para pencinta buku. Pernahkah mendapati deretan buku koleksi Anda geripis karena dimakan rayap? Warna kertasnya berubah coklat lantaran terlalu lama Anda biarkan berdebu? Tumpukan buku Anda tercecer di mana-mana, sangat sulit menemukan buku yang sedang Anda butuhkan? Hingga untuk membacanya Anda lebih memilih membelinya kembali di toko buku? Atau Anda puyeng lantaran jumlah koleksi buku kian menggunung, tapi tempat sangat terbatas? Jika Anda temasuk orang yang pernah mendapati beberan pengalaman di atas, tidak salah lagi Anda harus membaca buku ini.

Imelda Akmal—peraih Certifacate of Interior Decoration RMIT-Australia—kali ini meluncurkan tema Home Library dalam buku Seri Rumah Ide-nya. Buku ini tidak saja menghadirkan rak buku sebagai tempat bersandar punggung buku, tapi mampu menghadirkan rak buku menjadi sesuatu yang integral dari bagian ruang rumah. Rak buku yang mampu menambah estetika rumah serta meningkatkan rasa penghargaan diri penghuninya.

Dengan 64 halaman yang keseluruhannya berwarna, plus tebal mengkilat (glosi) pembaca dapat menekuni satu persatu berbagai variasi penempatan dan model rak buku. Mulai dari rak buku di ruang pribadi, di sudut ruang makan, di sudut ruang, di sepanjang koridor rumah, di loteng, di studio mungil, hingga rak buku simpel di ruang kerja.

Selain rak buku, Imelda yang jebolan jurusan arsitektur Trisakti kelahiran 31 Mei 1969 ini juga memberikan beragam tips bagaimana sebaiknya menata buku. Berdasarkan rekomendasi Imelda, buku dapat ditaruh di rak buku berdasarkan ukuran buku (buku kecil, sedang, besar), dan berdasarkan tema buku, serta kepemilikannya (anak, remaja, dewasa/orangtua) (hlm 28). Asyiknya lagi, tips membuat perpustakaan untuk buah hati kita juga diberikan oleh ibu satu anak yang telah menulis lebih dari 20 buku ini.

Tidak hanya itu, Imelda juga mengulik perpustakaan rumah dari segi penerangan, tata cahaya rak buku-ruang baca, tips perawatan buku, kursi baca, hingga model tangga unik untuk rak buku yang tinggi. Pendeknya buku ini bisa Anda tempatkansebagai buku referensi/panduan membuat perpustakaan rumah.

Awal persentuhan Imelda Akmal pada dunia penulisan buku saat ia bergabung sebagai redaktur Rumah dan Kebun di majalah Femina di tahun 1993. Saat di Femina, laporan-tulisan yang diturunkan Imelda selalu dikliping pembacanya. Bahkan berdasarkan pengakuan Imelda kepada Matabaca, tiga hari setiap majalah terbit, dapat dipastikan tak kurang dari 20 pembaca akan menelponnya. Mulai dari sekadar menyanjung, kenalan, hingga menanyakan ini itu tentang isi tulisannya.

Nah, latar belakang Imelda sebagai jurnalis itu pula yang sepertinya sangat memengaruhi cara ia menulis dan menyajikan buku ini. Di samping secara perwajahan sangat menarik, tulisannya pun mudah dipahami (readable). Membaca buku serasa menekuni majalah.

Cara kerja yang dipakainya pun bak pinang tak berbelah dengan modus jurnalis mencari berita. Demi mendapatkan contoh-contoh nyata perpustakaan rumah, Imelda rela bergerilya ke beberapa kota. Dari Jakarta, Bandung, Semarang, hingga Melbourne. Mewawancarai beberapa orang pencinta buku dan pemilik perpustakaan rumah. Guna menambah magnet buku ini, Imelda juga berasa perlu menghadirkan perpustakaan pribadi yang dimiliki Dewi “Supernova” Lestari.

Meskipun darasan saya sepertinya mengarah pada kesimpulan bahwa buku ini begitu sempurna, tapi sejatinya tidak begitu. Ada empat hal yang luput dari perhatian Imelda.

Pertama, Imelda tidak memberikan kisaran anggaran (rupiah) yang harus disiapkan untuk beberapa pilihan model dan ukuran rak buku. Padahal soal budget ini, untuk sebagian besar orang, termasuk pencinta buku masih menjadi pusat perhatian penting.

Kedua, Imelda tidak memberikan pengetahuan yang memadai/rekomendasi tentang sebaiknya jenis kayu seperti apa yang paling baik untuk dijadikan rak buku.

Ketiga, tidak sebarispun informasi yang dapat kita temui di buku ini yang memuat nama dan kontak orang atau lembaga (mebel) yang dapat dihubungi untuk membantu ”memindahkan” perpustakaan ke dalam rumah kita. Bukan apa-apa, karena untuk sebagian orang yang super sibuk, membuat rak buku dan merancang perpustakaan rumah sendiri hampir menjadi sesuatu yang mustahil.

Keempat, buku ini tidak memasukkan perkembangan software otomasi perpustakaan (sop) yang dapat digunakan untuk mengelola perpustakaan rumah. Kehadiran sop ini dapat dipersamakan dengan kehadiran pustakawan, yang akan membantu memberdayakan koleksi perpustakaan rumah yang kita punyai. Karena dalam praktiknya, kehadiran rak buku, semenarik apapun tidak akan banyak membantu jika tidak disertai dengan otomasi koleksi.

Di kalangan pembaca buku di Indonesia Imelda Akmal bukanlah nama baru. Lebih dari 400.000 eksemplar bukunya telah diserap pasar. Dalam HUT Gramedia Pustaka Utama ke-30 tahun 2004 silam, Imelda Akmal dianugerahi predikat Penulis Inovatif untuk bidang arsitektur dan interior. Dari menulis Imelda hidup berkecukupan, memiliki empat rumah, satu kantor (Imelda Akmal Architecture Writer Studio), serta enam karyawan yang terdiri atas penulis dan fotografer.

Sebuah pencapaian yang barangkali ia sendiri tak pernah mengira. Karena pada tahun 1996 saat menerbitkan buku pertamanya Seri Menata Rumah: Menata Rumah Mungil (GPU, 1996) ia harus merelakan mobilnya. Dijual untuk menutup biaya separasi warna buku pertamanya itu.♦
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kumpulan artikel gratis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger