Home » » Dari Penolakan Hingga Pemuatan Ganda

Dari Penolakan Hingga Pemuatan Ganda

Written By Agus M. Irkham on 23 May 2009 | 21:18



: agus m. irkham

Artikel yang ditolak, baiknya diapakan? Simpan saja, suatu saat bisa digunakan lagi. Direvisi sana-sani, mengganti judul, data-data baru dimasukkan, gaya tulisan diubah, kirimkan lagi ke media yang berbeda. Artikel yang tidak dimuat belum tentu buruk. Banyak alasan yang menyebabkan sebuah artkel tidak dimuat: kurang mewakili kepentingan sebagaian besar pembaca, tidak uptodate, cara penulisannya yang berkepanjangan, data yang digunakan kurang mendukung tulisan, tema menarik tapi, cara penyajiannya kurang menarik, dan sebagainya.

Atau jumlah tulisan yang Anda kirim masih terlalu sedikit. Redaktur hendak menakar sejauh mana keseriusanmu belajar menulis. Tidak dimuat, disamping alasan klise: kesulitan memuat karena keterbatasan ruang. Anda bisa bertanya pada redaktur langsung kenapa artikelmu ditolak. Atau minta komentar penulis yang sudah sering dimuat. Dengan tetap berbaik sangka bahwa tulisannya sering dimuat, lantaran memang berkualitas, bukan soal keterkenalan nama, apalagi ada kesan hasil nepotisme/kedekatan dengan redaktur.

Berusahalah untuk mempunyai pengalaman ditolak sebanyak-banyak. Semakin sering tulisan mu ditolak, semakin dekat pula untuk dimuat. Anggap saja Anda sedang antri, dan antriannya kebetulan sangat panjang. Soal dimuat, itu pasti. Jadi, ya sabar saja. Dan bukankah menurut Hilman “Lupus” Hariwijaya: Ditolak belum tentu diterima”.

Ada salah satu cara yang bisa Anda coba, kalau merasa kapok, karena sering ditolak. Yaitu meminta untuk digandeng penulis senior. Tentu saja, ini melalui pendekatan personal. Sebelumnya Anda harus sudah kenal, bukannya belum kenal ujuk-ujuk menawari untuk menulis bareng. Tentu Anda akan ditolak, minimal dicurigai. Katakan manfaat atau keuntungan apa yang akan Anda berikan ke penulis senior itu.

Anda yang harus proaktif, karena Anda yang butuh, posisi tawarmu lemah. Apakah honor tulisan menjadi hak penulis senior, atau pakai sistem persentase, 70 : 30 persen, misalnya, terserah sesuai dengan seberapa dekat dan bagaimana model hubunganmu dengan penulis yang akan Anda tumpangi itu.

Cari media yang membolehkan satu artikel ditulis oleh dua orang. Jika sudah 3-4 kali dimuat, mulailah untuk melepaskan diri. Menulis sendiri dengan tema yang konsisten, seperti saat Anda menulis bareng. Jangan kelewat sering gonta-ganti tema tulisan, atau keterangan tentang penulisnya. Karena biasanya redaktur akan dengan cepat menghafal nama penulis, dan tema-tema apa saja yang biasanya ditulis.

Bolehkah mengirimkan tulisan yang sama ke lebih dari satu media dalam waktu yang bersamaan atau hanya terpaut waktu beberapa hari saja? Tidak boleh dong. Namanya itu tidak etis. Meski ada juga yang membenarkan, tapi itu hanya sebagian saja. Soal pemuatan, selama ini memang terus menjadi bahan perdebatan yang tak kunjun selesai. Entah mengapa, tema klasik yang aku kira sudah selesai itu, ternyata kembali mendupak.

Selesai yang aku maksud bukan pada kesimpulan: pemuatan ganda itu “halal”. Atau sebaliknya. Tapi terletak antara halal dan haram itu. Remang-remang (subhat). Garis pemisahya: akhlak (nilai yang diyakini masing-masing penulis) serta bagaimana proses terjadinya pemuatan artikel ganda.

Logika ekonomi bisa menjadi jembatan mengapa soal pemuatan ganda aku katakan subhat. Ketika seorang penulis mengirimkan artikel ke sebuah media, itu artinya (secara hukum tidak tertulis) ia telah memberi hak monopoli pada media itu atas pemuatan artikel tersebut. Dan memastikan tidak akan mengirimkan artikel yang sama ke lain media. Tentu saja, selama tidak ada surat pengembalian artikel.

Analoginya seperti ini: media sebagai distributor (tunggal) produk dan Anda sebagai supplyers (tunggal) produk. Jika dalam waktu bersamaan, Anda mengirimkan produk yang sama persis ke dua distributor. Dan keduanya menerimat. Padahal dua distributor tersebut memunyai karakteristik market share dan cakupan daerah pemasaranya juga sama. Maka, dalam situasi seperti ini, jelas dua distributor itu dirugikan oleh Anda. Lantaran tidak ada kekhasan produk, yang berujung soal jeneng (reputasi distributor sebagai distributor tunggal) dan jenang (volume penjualan).

Pemuatan ganda dihalalkan—pandangan saya pribadi, yang sejak akhir tahun 1999 menjadi penulis lepas—jika (1)tidak ada surat pengembalian artikel dari redaksi, setelah kira-kira 3-4 minggu pengiriman. Padahal penulis telah aktif menanyakan nasib artikelnya. Memastikan bakal dimuat-tidaknya. (2)Ada surat pengembalian artikel, tapi ternyata tetap dimuat, padahal sudah kadung diasong ke media lain. Kemungkinan ini sangat kecil. (3)ini apology sebagian besar penulis yang sedikit abai terhadap jeneng, media yang memuat tidak memberikan jenang (honor).

Pemuatan ganda menjadi haram jika (1)sejak awal dengan sengaja mengirim artikel yang sama secara acak (rundom) ke lebih dari satu media. Tujuan hanya dua: jenang, memperbesar kemungkinan dimuat. Bisa terjadi demikian, lantaran dikejar setoran.

Menyelamatkan diri dari kejaran macan di luar. Dan jeneng, publisitas, “keartisan”, pengakuan. Dengan sadar betul bahwa cara yang dipakai berisiko tinggi—ancaman pembunuhan karakter. (2)Tidak sabaran. Tanpa menunggu surat pengembalian artikel, dan tidak menanyakan nasib artkelnya, langsung mengirim artikel yang sama ke lain media. (3)Manajemen kertas yang buruk. Pengiriman artikel tidak didata (judul artikel, nama media, tanggal pengiriman, tanggal pemuatan)

Halal-haram pemuatan artikel ganda sebenarnya bergerak antara pemenuhan jenang dan jeneng. Upaya menyelamatkan diri dari kejaran macan di dalam dan macan di luar. Dan sebenarnya, fitrah keduanya bukan menjadi sesuatu saling menegasi.♦

(Dikutip dari buku “Prigel Menulis Artikel”)
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kumpulan artikel gratis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger