Home » » Menziarahi Peradaban Melalui Buku

Menziarahi Peradaban Melalui Buku

Written By Agus M. Irkham on 12 Mar 2012 | 08:34



:: agus m. irkham

Judul Buku
Buku-Buku yang Mengubah Dunia
Penulis
Andrew Taylor
Penerjemah
O.V.Y.S. Damos S.
Penerbit
Erlangga
Cetakan I
2011
Tebal
220 Halaman
Harga
Rp171.000

Sahdan terjadi pertengkaran hebat di markas tentara Yunani antara Raja Agamemnon, saudara Menelaus, dan seorang pahlawan Yunani bernama Achilles. Pokok persoalan bermula direbutnya seorang budak wanita tawanan oleh Agamemnon. Akibatnya adalah kekalahan bangsa Yunani dalam salah satu serangan ke Troya karena Achilles dan rekan-rekannya menarik diri dari pertempuran.

Akhirnya, Achilles mengalah dan mengirim rekannya Patroclus untuk menyelamatkan bangsa Yunani yang sedang kerepotan. Patroclus terbunuh oleh Hector, salah satu pangeran Troya. Mengetahui itu, Achilles kemudian terjun ke medan pertempuran dengan murka, dan membunuh Hector serta menistakan mayatnya dengan cara menariknya dengan kuda berkeliling bagian luar tembok kota. Pada akhirnya, karena bangsa Yunani menang, Priam memberikan upeti untuk dapat mengambil kembali mayat Hector. Setelah berhasil diambil, Hector dimakamkan.

Kronik kisah dalam buku Iliad di atas membuka lembaran pertama buku yang memuat lebih dari 50 buku yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia ini. Iliad adalah karya puisi tertua di dunia Barat. Ditulis oleh Homer sekitar abad ke-8 atau 9 SM. Buku ini terhitung ikut menyokong perkembangan pesat budaya Yunani sejak abad ke-5 SM, sebuah budaya yang –melalui bangsa Romawi dan zaman Renaisans—menjadi jiwa peradaban Barat.

Meskipun demikian, uniknya, Iliad menyimpan banyak misteri alias sangat sedikit mengandung kepastian. Belum lagi soal benar tidaknya. Mulai dari sosok Homer yang dikatakan tuna aksara, Iliad itu sendiri, apakah benar-benar karya utuh Homer atau hanya kumpulan dari banyak. “penulis”, hingga isi atau kisah yang terdapat dalam Iliad (hlm. 9)

Jika untuk buku babon sastra (puisi) Andrew Taylor memilih Iliad, maka untuk buku sejarah, pilihan Taylor jatuh pada Historia karya Herodutus.
Historia (Histories) ditulis pada abad ke-5 SM, adalah karya prosa Yunani Kuno paling awal yang dapat bertahan utuh. Buku tersebut menceritakan Kekaisaran Persia yang sedang berkembang dan peperangan Yunani-Persia sepanjang abad ke-6 dan 5. Namun, lebih daripada itu, buku ini menjadi sumber dari sebagian besar pengetahuan kita akan dunia kuno dan karya fundamental sejarah dalam literatur barat (Hlm. 11).

Selain dua judul buku di atas, Taylor yang merupakan kolumis surat kabar Sunday Times ini menempatkan Analekta (Konfusius, Abad ke-5 SM), Republik (Plato, Abad ke-4 SM), Il Principe (Niccolo Machiavelli, 1532), Don Quixote (Miguel de Cervantes, 1605-1615), The Wealth of Nations (Adam Smith, 1776), Madam Bovary (Gustave Flaubert, 1857), War and Peace (Leo Tolstoy, 1869) juga sebagai buku-buku yang mengubah dunia. Paling buncit, novel besutan J.K. Rowling: Harry Potter and the Phlisopher’s Stone (1997) didapuk Taylor sebagai buku yang menggegerkan dunia. Terjual lebih dari 400 juta eksemplar dalam 67 bahasa. Tak hanya itu. “Sihir” Rowling ini juga telah merevolusi perdagangan buku dan mengubah perilaku membaca suatu generasi (Hlm. 197).

Deretan judul buku tersebut masih dapat diperpanjang lagi, hingga genap 50 judul.

Mengapa hanya 50 judul buku? Tak jelas. Tidak ada satu kalimat pun yang meluncur dari tangan Taylor mengapa ia membatasi hanya 50 judul, bukan 99 atau 101 judul misalnya.

Dari berderet judul buku yang ditahbiskan memberi pengaruh besar buat dunia itu, dalam kenyataannya apakah memang betul-betul dapat mengubah dunia? “Pena mungkin dapat menyombongkan diri lebih tajam daripada pedang,” ungkap Taylor di lembar kata pengantar. “Namun untuk jangka pendek umumnya pedang yang menang.” “Dan tepat seperti kata pepatah”, lanjut Taylor, “Dalam jangka pendek, penulis dapat ditindas, dipenjara, atau dieksekusi, ucapan mereka disensor, dan karya mereka dibakar. Namun, dalam pergerakan arus sejarah yang panjang, buku dan ide-ide yang dituangkan di dalamnya telah mengubah masyarakat.

Guna memberikan citarasa Indonesia—lantaran buku terjemahan, serta supaya kontekstual juga buat para pembaca di tanah air—buku yang sepertinya dimaksudkan untuk segmen pasar (pembaca-pembeli) premium ini dilengkapi pula dengan buku-buku yang berpengaruh dalam sejarah Bangsa Indonesia. Meskipun hanya 4 judul buku. Keempat judul buku tersebut yaitu pertama: Nagarakretagama (Mpu Prapanca, 1365). Nagarakretagama memberikan berbagai informasi penting yang dapat membantu para sejarawan dalam merekonstruksi sejarah Kerajaan Majapahit pada abad ke-14, khususnya pada masa Rajasanagara atau Hayam Wuruk bersama Mahapatih Gajah Mada yang termasyhur dengan Sumpah Palapa-nya itu.

Tidak hanya itu, Wawasan Nusantara yang kita kenal hingga saat ini, bendera merah-putih yang kita jadikan bendera negara Republik Indonesia, tak lain terinspirasi oleh kejayaan Majapahit sebagaimana digubah oleh Mpu Prapanca dalam Nagarakretagama.

Buku kedua: Sutasoma (Mpu Tantular, Abda ke-14). Mengapa kitab puisi atau syair Jawa Kuno ini didaulat memiliki pengaruh yang kuat dan besar bagi perjalanan bangsa Indonesia?

Tak lain karena semboyan Bhinneka Tunggal Ika, azimat yang selama ini menjadi simbol permersatu bangsa Indonesia termaktub dalam karya sastra yang diciptakan oleh Mpu Tantular ini. Tengoklah Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia, kedua kakinya mencengkeram kokoh pita putih bertulislan “Bhinneka Tunggal Ika” yang kita artikan “Berbeda-Beda, tetapi Satu Jua”.” Sesanti itu ternyata telah terpendam selama beratus-ratus tahun dalam Sutasoma. (Hlm. 206).

Buku ketiga, Max Havelaar (Multatuli, 1860). Roman ini bertutur tentang wajah bopeng kolonialisme Belada di Hindia Belanda (Indonesia). Tertutama menyoal tentang tragedi kebijakan Tanam Paksa”. Pada tahun 1999, Pramoedya Ananta Toer, merujuk roman Max Havelaar dalam New York Times sebagai “Buku yang Membunuh Kolonialisme.” (Hlm. 210).

Buku keempat: Habis Gelap Terbitlah Terang (R.A. Kartini, 1911). Siapa tak mengenal sosok “pendekar bangsa yang harum namanya” ini? Habis Gelap TerbitlahTerang (HGTT) memuat 100 surat pribadi figur pejuang emansipasi perempuan ini kepada sahabat-sahabatnya. 53 surat di antaranya ditujukan untuk keluarga Abendanon. HGTT menjadi semacam manifesto perempuan Indonesia—Jawa, dalam konteks psikologis Kartini—untuk dapat memperoleh perlakuan sama (hak) dengan laki-laki. Perjuangan Kartini, meskipun sudah satu abad silam, namun masih kontekstual hingga kini.

Peta isi bacaan wajib untuk para pecinta buku ini oleh Andrew Taylor didedahkan dengan formulasi: tiap buku dan pengarangnya ditempatkan dalam konteks sejarahnya, meringkaskan isi buku yang dibicarakan, serta menjelajahi pengaruh dan warisannya secara luas. Tak pelak Buku-Buku yang Mengubah Dunia menjadi bacaan yang sungguh menarik dan kaya informasi serta merangsang pemikiran.[]
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kumpulan artikel gratis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger