Home » » Tentang Daya Isi

Tentang Daya Isi

Written By Agus M. Irkham on 7 Mar 2012 | 23:14


:: agus m. irkham

Melanjutkan postingan saya tentang daya ketuk, kini saya akan mengulas hal penting kedua dari suatu tulisan: harus memiliki daya isi. Sebuah tulisan yang baik haruslah memiliki “sesuatu”. Bisa berupa informasi yang baru, atau sudut pandang (angle) tulisan yang berbeda. Ada pemaknaan baru atas informasi yang baru pula. Sehingga suatu tulisan bukan sekadar himpunan huruf tak bermakna, tapi tiap kata yang tertulis memiliki makna khusus. Ada amanah tertentu yang dapat pembaca temukan saat membaca tulisan kita.

Bagaimana caranya agar tulisan kita memiliki daya isi?

Tak ada cara lain kecuali kita harus terus belajar memperdalam ilmu kita. Caranya? Membaca, berperjalanan dan merenung (berfikir). Membaca adalah sebuah proses menemukan beragam peristiwa (realita) yang membuat suatu peristiwa terjadi (fakta). Itu sebab fakta yang sama saat dilihat oleh banyak pasang mata, akan melahirkan analisis, pendapat, dan pemahaman yang berbeda. Lantara proses pembacaannya yang berbeda. Ada yang hanya berhenti pada fakta. Ada yang melanjutkannya dengan melihat dan memperkirakan jalinan-jalinan kejadian yang membuat sebuah fakta berlangsung.

Yasraf Amir Piliang (2011) mengemukakan: Membaca adalah membuka horizon seluas-luasnya, melampaui ide atau gagasan yang dimaksud oleh seorang pengarang. Artinya, ketika membaca, pembaca harus membiarkan imajinasinya bergerak secara bebas mengikuti energi dan hasratnya. Pembebasan hasrat itu melputi cara memikirkan, membayangkan, mengkonstruksi, mengkhayalkan, dan mengangankan. Pendek kata segala kemungkinan dunia yang dimungkinkan oleh daya imajinasi tersebut. Pembaca seharusnya tidak bersikap menunggu di hadapan sebuah teks, melainkan secara aktif mengembangkan horizonnya, agar mampu memproduksi teks (ide, gagasan, struktur) baru, dengan segala kekhasan bentuk, nilai dan keyakinan di baliknya.

Dalam pandangan Yasraf, aktivitas membaca yang mampu memperkuat daya isi adalah hanya jika pembaca mampu menempatkan dirinya sebagai subjek, yang mempunyai kapasitas pemahaman sendiri, dan mampu memproduksi maknanya sendiri.

Setelah membaca langkah berikutnya adalah berperjalanan. Dengan perjalanan akan memperkaya batin kita. Karena tak jarang yang kita jumpai dalam kehidupan nyata (das sien) itu berbeda dengan kenyataan yang berlangsung di kehidupan (das sollen). Maka berperjalanan bisa menjadi cara Anda mengonfirmasi sekaligus menegasi pengetahuan-pengetahuan yang Anda dapatkan dari teks (buku). Produk yang dihasilkan dari proses berperjalanan adalah berupa kepemilikan perspektif yang luas saat Anda memandang suatu masalah.

Jika yang tertulis di buku atau pengetahuan yang Anda punyai saya sebut sebagai tesis, sedangkan kenyataan berbeda yang Anda dijumpai di kehidupan saya sebut sebagai anti tesis, maka Anda memiliki kesempatan untuk mendamaikan antara keduanya sehingga membentuk sintesa. Hakikat sintesa adalah tesis baru. Pada titik itu pemahaman dan umur kesadaran Anda sebagai makhluk hidup (human being) akan tumbuh. Tidak stagnan atau berhenti, alih-alih mundur.

Keluasan cara pandang atau perspektif berfikir dan pemahaman ini akan membuat Anda lincah dalam mengemukakan gagasan atau pendapat pada saat nanti Anda menulis. Ada saja hal-hal baru yang dapat Anda sajikan pada pembaca.

Terakhir adalah tradisi berfikir. Lebih tempat melakukan perenungan atau kontemplasi atas apa-apa yang terjadi pada diri dan lingkungan kita. Caranya, sediakan waktu tiap hari untuk sekadar memberikan catatan kaki atas apa-apa yang Anda alami di hari itu. Tentang apa saja boleh. Misalnya tentang buku yang sedang Anda baca. Menanggapi isi berita atau acara di televisi. Menganalisis isi suatu berita di halaman pertama suatu koran, dan lain sebagainya. Usul konkrit saya, mulainya untuk menulis jurnal catatan harian atau diary).

Cara lain adalah dengan berdiskusi. Baik secara online, terutama tatap muka. Suasana diskusi akan melecut otak Anda untuk terus berfikir. Untuk selalu siap dan terjaga jika ada pokok diskusi yang sekiranya bersinggungan dengan minat Anda misalnya.

Tentang berfikir ini, tak kurang-kurang Allah mengingatkan kita dengan bahasa satir untuk senantiasa menggunakan akal pikiran kita untuk merenungi ayat-ayatnya. Baik yang terkatakan maupun yang terbentangkan. Buat Anda yang rajin mendaras al-Qur’an tentu sering menjumpai kalimat-kalimat ini: afala ta’kilun, afala ta’lamun, wa antum ta’lamun.
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kumpulan artikel gratis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger