Home » » Bergabunglah dengan Musuh!

Bergabunglah dengan Musuh!

Written By Agus M. Irkham on 20 Jan 2009 | 20:23

: agus m. irkham

Nasihat itu, yang dilontarkan Michael Peirson, pengajar pada pusat pelatihan jurnalistik Thomson Foundation di Cardiff, Inggris, menanggapi nujum: pers tradisional (teks berbasis kertas) tidak mampu bersaing dengan pers online (teks berbasis bit-internet). Meski konteks pembicaraan Peirson adalah pers, ketika dibawa ke wilayah yang lebih sempit, yaitu dunia perbukuan, naga-naganya tetap gayut. Peirson tidak berlebihan. Berkembangnya website perbukuan, dan maraknya penerbitan buku tradisional bertema komputer dan internet adalah bukti terdekat bahwa kehadiran keduanya tidak saling menegasi. Sebaliknya, justru saling melengkapi.

Kendati demikian nubuat itu juga dapat kita baca sebagai bentuk peringatan, wanti-wanti. Bahwa buku tradisional tidak akan mati, itu iya! Tapi bahwa akan terjadi perubahan mendasar tentang jenis buku apa yang (tidak) dapat dipertahankan bentuk ketradisionalannya, itu pasti. Buku eksiklopedia misalnya. Dapat dipastikan akan segera menemui ajal. Bahkan, naga-naganya sudah. Kini, untuk menelisik satu lema, orang lebih memilih mesin pencari (search engine) Google, atau Wikipedia—ensiklopedia raksasa virtual dunia—ketimbang menjadi kutu ensiklopedia tradisional.

Ensiklopedia tradisional yang lazimnya setebal bantal, beratnya kiloan, dalam wujudnya sebagai ensiklopedia elektronik menjadi hanya setebal satu helai kertas hvs. Bisa masuk saku baju, praktis, dapat Anda bawa ke tempat tidur, serta dapat diakses kapan dan di manapun. Soal kedalaman isi dan luasan bidang cakup yang sebelumnya saling meniadakan pun lenyap. Dengan begitu, rasanya ensiklopedia tradisional harus merasa tahu diri, bila ditinggalkan.

“Terlalu berbelit bagi para inovator laboratorium yang harus bekerja cepat dengan ratusan acuan ilmiah yang disebar di seluruh dunia.” Dedah Romo Mangun, saat simposium Meningkatkan Peranan Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Baru Indonesia, 1999.

Lantas, buku jenis apa yang masih mungkin dipertahankan bentuk ketradisionalannya? Di domain mana saja penggabungan “lakon” dan “musuh” dapat dilakukan? Andai penerbit tradisional sudah ancang-ancang, suatu saat nanti semua produk akan di-online-kan, model transisi seperti apa yang harus dilakukan?

Rumusan penulis novel sejarah The Name of The Rose, Umberto Eco soal buku, saya kira dapat membantu kita menjawab pertanyaan pertama.

“Buku tetap tak tergantikan.” Tandas Eco via Daniel Dhakidae (2007). “Bukan saja untuk karya sastra, lanjut Eco, akan tetapi untuk keperluan apa saja ketika seorang perlu membaca lebih dari teliti. Bukan saja untuk memeroleh informasi tetapi untuk berspekulasi secara teoritis dan membuat renungan tentang itu. Membaca layar komputer tidak sama dengan membaca buku”.
Dalam bingkai kacamata Umberto Eco, buku berbasis atom (pohon-kertas) yang masih dapat dipertahankan keatomannya hanyalah buku-buku babon. Ketegori biangnya buku. Buku kelas satu yang membuka wawasan dan cara pandang baru terhadap sebuah gejala. Tabiat asli buku babon (isi, sajian, dan bahasa), memaksa orang menyediakan waktu yang lama untuk membaca dan memahaminya. Dan itu sungguh merepotkan jika harus didaras melalui layar komputer. Lagi, memiliki bentuk fisik buku babon, memang lebih kerap mendatangkan nilai magis, kebanggaan.

Lakon (atomisasi teks) dan musuh (digitalisasi teks) dapat berrangkulan di ranah jualan dan produksi. Riuhnya toko buku online, website penerbit, milis penerbit; milis pembaca; milis komunitas perbukuan-penulis, dsb., saya kira bisa mewakili bentuk penggabungan itu.

Di website penerbit, guna menjual buku versi kertasnya, segumpil informasi isi buku dapat ditampilkan secara online, lengkap dengan kavernya. Kalau tertarik, pembaca dapat memesan/membeli melalui email atau telepon (e-commerce). Di milis, baik penerbit maupun pembaca, keduanya dapat memanfaatkan milis sebagai sarana mencari dan menawarkan naskah, merilis info buku terbaru, sekaligus memasarkannya.

Lakon dan musuh menjadi komplementer. Demi mengetahui perkembangan perbukuan offline, orang dapat mengunduhnya melalui informasi online (website/situs). Kebalikannya, kala ingin menelisik perkembangan buku nirkertas (e-book), orang pergi ke toko buku—gerai buku berbasis kertas.

Di ranah produksi, melalui surat elektronik (email), terbuka lebar kemungkinan penerbitan suatu buku tidak lagi memerlukan pertemuan fisik, antara penerbit, editor, dengan percetakan dan penulis. Proses produksi pun jadi hemat dan sangkil. Lantaran komunikasi, seluruhnya dapat diselenggarakan secara online. E-book yang terbukti laris dapat diterbitkan dalam versi cetak. Demikian juga buku tradisional, jika serapan pasarnya bagus (bestseller), sangat mungkin dikemas dalam bentuk elektronik (e-book).

Rupa-rupanya digitalisasi teks, meminjam analogi Antony Gidden ketika bicara soal globalisasi, laksana truk besar yang tengah melaju dengan percepatan yang terus meninggi.►
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kumpulan artikel gratis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger