Home » » Membaca untuk Cinta

Membaca untuk Cinta

Written By Agus M. Irkham on 28 Apr 2009 | 00:34



: agus m. irkham


Wahai huruf.....
Alangkah akan tingginya ucapan
Terima kasihku, bilalah kamu
Menjadi buku terbuka
Bagi manusia yang membacanya.


(Pramoedya Ananta Toer, Menggelinding 1, 2004)


Forum Indonesia Membaca untuk kali keempat kembali memprakarsai perayaan hari buku se-dunia (World Book Day) Indonesia. Jika pada tahun 2006 perayaan WBD mengambil tema “Merayakan Buku Membangun Literasi”, tahun 2007 “Buku untuk Perubahan”, dan tahun 2008 “Literasi Mengubah Kehidupan”, giliran tahun ini mengukuhkan tajuk “Membaca untuk Cinta” (Reading for Love).

Tidak seperti WBD Indonesia sebelumnya yang dilaksanakan selama beberapa hari berturut-turut. Pusat perayaan tahun ini akan berlangsung setiap hari Sabtu dan Minggu di Museum Bank Mandiri—Kota, Jakarta. Berbagai kegiatan akan digelar di hari Sabtu dan Minggu mulai tanggal 23 April - 17 Mei 2009 sebagai alternatif masyarakat Jakarta dan sekitarnya dalam mengisi waktu luang. Setiap minggu tema yang diangkat berbeda-beda sebagai upaya memfasilitasi seluruh usia untuk ikut berpartisipasi dalam perayaan WBD Indonesia 2009.

Sejarah WBD
WBD pada awalnya adalah bagian dari perayaan Hari Saint George di wilayah Katalonia sejak abad pertengahan dimana para pria memberikan mawar kepada kekasihnya. Namun sejak tahun 1923 para pedagang buku memengaruhi tradisi ini untuk menghormati Miguel de Cervantes, seorang pengarang yang meninggal dunia pada 23 April. Karena itu sejak tahun 1925 para perempuan memberikan sebuah buku sebagai pengganti mawar yang diterimanya. Pada masa itu lebih dari 400.000 buku terjual dan ditukarkan dengan 4 juta mawar.

Pada tahun 1995, Konferensi Umum UNESCO di Paris memutuskan tanggal 23 April sebagai WBD berdasar keberadaan Festival Katalonia serta pada tanggal tersebut, Shakespeare, Cervantes, Inca Garcilaso de la Vega dan Josep Pla meninggal dunia sedangkan Maurice Druon, Vladimir Nabokov, Manuel Mejía Vallejo dan Halldór Laxness dilahirkan.

Pada kasus Shakespeare dan Cervantes ada sedikit perbedaan karena masing-masing meninggal dihitung dengan sistem kalender yang berbeda dimana pada masa itu Inggris masih mempergunakan sistem Kalender Julian sedangkan Katalonia mempergunakan sistem Kalender Gregorian.
Berbagi pengalaman membaca
Membaca untuk Cinta. Subyek ini diangkat untuk mengingatkan kembali tentang kecintaan terhadap membaca dan pentingnya berbagi kecintaan membaca kepada orang lain di sekitar kita. Buku tidak akan berguna, sampai dengan ia dibaca.

Untuk itu perayaan WBD Indonesia 2009 dirancang khusus untuk memfasilitasi berbagai pihak agar dapat berpartisipasi dalam perayaan tahunan ini di lingkungannya masing-masing. Walaupun demikian, tradisi WBD Indonesia sebagai ajang berkumpul komunitas literasi akan tetap dipertahankan untuk menjaga kesinambungan gerakan literasi di Indonesia.

Secara umum, tujuan diselenggarakannya WBD sebagai sebuah world event adalah untuk menyemangati masyarakat, terutama kalangan anak–anak untuk mengeksplorasi manfaat dan kesenangan yang bisa didapat dari buku dan membaca.

Dalam konteks kesenangan membaca dan anak-anak, paling kurang ada dua sebab penting, mengapa Forum Indonesia Membaca merasa perlu mengangkat tema “Membaca untuk Cinta” dalam perayaan WDB Indonesia tahun ini. Pertama, saat berbicara tentang membangkitkan minat baca, banyak orang sering lupa bahwa memberikan pengalaman pra membaca (pre reading) jauh lebih penting dibandingkan kegiatan membaca itu sendiri.

Salah satu bentuk pemberian pengalaman pra membaca adalah berbagi cerita/isi suatu bacaan (buku) yang sedang dan atau telah dibaca oleh seseorang kepada orang lain. Sungguh elok, jika para guru—sebelum jam pelajaran dimulai—bisa dan mau berbagi pengalaman membaca kepada murid-muridnya. Setiap hari, sebelum tidur malam, para orangtua menyempatkan diri untuk membacakan buku kepada anak-anaknya. Para dosen di tiap awal kuliah bersemangat menceritakan kepada mahasiswanya tentang buku-buku yang telah menginspirasi dan membentuk hidupnya. Para remaja penuh kelakar saling bertukar cerita isi suatu buku. Dengan begitu, harapannya akan ada perluasan kesadaran bahwa membaca adalah kegiatan yang mengasyikkan, penuh manfaat, sekaligus memberdayakan.

Di beberapa negara, penyebaran virus membaca dengan cara berbagi ini terbukti sukses. Salah satunya Australia dan Malaysia (Toeti Adhitama, 2008). Di Australia para siswa dibekali dengan semacam kartu untuk menuliskan judul buku yang dibaca. Catatan hasil membaca dan penilaian atas buku yang dibaca dilakukan setiap hari, sebelum kelas dimulai. Guru menyuruh setiap siswa menceritakan isi buku yang telah dibacanya. Dengan begitu siswa-siswa di negeri kanguru ini tidak hanya gila baca tapi otot tangan mereka juga terlatih untuk menulis. Mereka juga menjadi terbiasa berbicara di hadapan banyak orang.

Sedangkan di Malaysia, para orangtua “diwajibkan” membagi pengalaman membacanya pada anak-anak mereka. Caranya? Pustaka Publik di negeri Serawak, Malaysia meminjami para orangtua dengan buku-buku yang telah disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masing-masing orangtua (keluarga). Dalam beberapa minggu, petugas Pustaka Publik datang kembali untuk mengganti buku-buku lama dengan yang baru.

Kedua, berkaitan dengan ekspresi cinta. Melalui “Membaca untuk Cinta” diharapkan masyarakat mendapatkan mata baru tentang bagaimana mengekspresikan cinta mereka. Tidak lagi melulu dengan coklat, mainan, mobil-mobilan, baju baru, telepon genggam, dan lain sebagainya, tapi dengan bacaan (buku)—katakan cinta dengan membaca (buku). Ketika buku digunakan sebagai hadiah untuk merayakan peristiwa yang dicintai (momen penting), dan diberikan kepada orang dicintai (orang penting), saat itu pula keberadaan buku menjadi penting (dicintai).♦
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kumpulan artikel gratis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger