Home »
» Mengefektifkan Mobil Pintar Pemkot Semarang
Mengefektifkan Mobil Pintar Pemkot Semarang
Written By Agus M. Irkham on 18 Apr 2009 | 06:05
: agus m. irkham
(tulisan ini pernah dimuat di Kompas Jawa Tengah)
Ada dua tanda tanya besar menyangkut upaya mengefektifkan Mobil Pintar (MPP) Pemkot Semarang. Pertama, produk apa saja yang selama ini dipasarkan (content). Kedua, bagaimana produk itu dipasarkan (context). Pemahaman awam selama ini, MPP beda-beda tipis dengan perpustakaan keliling Kabupaten/Kota. Kecuali ukuran mobil yang lebih gede dan agak mewah. Maklum saja, sumbangan ibu-ibu menteri kabinet Indonesia bersatu.
Pamrih MPP adalah meningkatkan minat baca anak-anak. Pengalaman saya, tujuh tahun memasarkan kegemaran membaca di Semarang, sungguh sulit. Layaknya menjual es di Kutub Utara. Atau menjual pasir di Arab sana. Apalagi kalau yang ingin disasar anak-anak. Sifat alamiah mereka tidak bisa diajak mendadak baca.
Pemahanan di atas membawa konsekuensi penting. MPP harus menentukan positioning. Di mana ia hendak berada dan memainkan peran. Jika modusnya sama dengan perpustakaan keliling: Anak-anak datang, membaca, kembalikan, selesai. Tanpa ada menu tambahan. Ya siap-siap saja muncul anggapan: keberadaannya tidak menggenapkan, ketiadaannya pun tidak mengganjilkan.
Langkah apa yang mesti ditempuh agar MPP tidak jatuh wibawa di hadapan anak-anak? Pertama, produk/menu yang ditawarkan harus beragam. Tidak sekedar sarana berupa bacaan (teks), suara (audio), dan gambar (visual). Tapi juga berbagai program baca tulis. Sekadar menyebut contoh: kuis berburu buku, klinik baca tulis, klinik origami (seni lipat kertas), mendengarkan dongeng. Semua dikemas sesuai dengan kodratnya anak-anak, yaitu bermain.
Kedua, MPP hendaknya memberikan pemenuhan salah satu hak dasar bagi anak, yaitu hak berpartisipasi. Partisipasi mereka seringkali begitu orisinil, tanpa menyisakan sedikit pun celah bagi masuknya doktrin, dikte, imajinasi serta pikiran di luar dirinya termasuk orang tua (MPP). Jika demikian maka posisi MPP tidak lagi sebagai penarik tapi lebih berfungsi sebagai pendorong. Memotivasi, memfasilitasi, mengadvokasi anak-anak, agar segenap potensi tak terbatas yang mereka miliki optimal.
Apalagi mengingat semua anak pada dasarnya kreatif. Bahkan sangat kreatif, apalagi bila diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas alamiahnya
yang tak terbatas itu. Katanya MPP bervisi mencerdaskan anak Semarang. Tentu kecerdasan tidak bisa diwujudkan dengan meniadakan partisipasi.
Misalnya, program Katakan dengan Buku. Anak-anak diharapkan menyumbang satu buku ke MPP. Lainnya, bekerja sama dengan pihak sekolah, mengadakan lomba membuat kliping atau mading. Dan hasil lomba tersebut nantinya secara bergantian akan di pamerkan di MPP. Atau menggagas talk show yang menghadirkan anak Semarang berprestasi guna berbagi pengalaman. Dengan peserta dan moderator juga anak-anak. Mudahnya: dari anak, untuk anak dan oleh anak.
Post a Comment