Home » » Bedah Buku dan Tafsir Plato: Persahabatan (Lysis)

Bedah Buku dan Tafsir Plato: Persahabatan (Lysis)

Written By Agus M. Irkham on 10 Jun 2009 | 23:36




: agus m. irkham


Sabtu, 6 Juni lalu saya mengikuti bedah buku berjudul Mari Berbincang Bersama Plato—Persahabatan (Lysis). Tapi, tentu saja, Plato tidak hadir secara fisik, hehehe, lantaran ia hidup di masa sebelum masehi (428 – 346). Acara yang dihelat hasil kerjasama LeSPI (Lembaga Studi Pers dan Informasi), serta penerbit iPublishing tersebut menghadirkan A. Setyo Wibowo sebagai penerjemah sekaligus penafsir. Sebagai pembanding, tampil Herudjati, dosen sastra Undip, dan Donny Danardono, dosen filsafat Unika Soegijapranata.

Acara semula dijadwalkan mulai jam 9 pagi. Karena peserta yang datang masih sangat sedikit, acara diundur hingga jam 10 pagi. Lumayan lama juga saya menunggu. Karena saya tiba di lokasi acara, Gedung Dewan Riset Daerah Jawa Tengah (Jl. Imam Bonjol 185 Semarang), pukul sembilan kurang 5 menit. Sambil menunggu acara mulai, saya sempat ngobrol dengan Hary Patty dari I Publishing. Kebetulan ia yang memberi tahu saya melalui SMS tentang acara ini. “Saya mendapat nomor Anda dari Hanna Latuputty” demikian baris SMS-nya di HP saya. Hanna adalah Ketua APISI (Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia, dan Senior Librarian The British International School Jakarta). Saya berkenalan dengan Hanna saat perayaan World Book Day di Jakarta (17/5).

Pengantar diskusi, dimulai olah Romo Setyo. Ia berbicara tentang mengapa ia “menggarap” (karya) Plato. Dalam pandangan Romo Setyo, belajar segala sesuatu haruslah dari yang basis (dasar) dan yang paling dasar dari filsafat adalah mendaras pemikiran/kebijakan Plato. Kenapa Lysis? Romo mengambil pokok pembicaraan yang paling dekat dan “mudah”. Karena tentu setiap kita pernah berbicara tentang persahabatan.

Menariknya, kara Romo Setyo, persahabatan hanya bisa terjadi jika antara kedua orang yang bersepakat untuk bersahabat itu berada dalam posisi tidak selalu salah, tapi juga tidak selalu benar. Dan sahabat yang baik, tidak akan terus menerus mengatakan bahwa sahabatnya itu selalu benar. Ia akan membantu sahabatnya tersebut menemukan kebenaran dalam kualitas yang lebih, lebih dan lebih. Kualitas yang tidak bisa lagi dikuantisir dan dibatasi.

Ada banyak lontaran Romo Setyo yang saya sepakati, tapi lebih banyak yang tidak. saya amini. Misalnya tentang kegagalan etik moral dan agama dalam membendung terjadinya gradasi sistem nilai susila. Yang menurut saya bukan pada moral dan agamanya itu tapi lebih kepada saluran, strategi dan pendekatan yang digunakan saja yang tidak tepat (tidak efektif). Sebab lain, karena tiadanya keteledanan, terutama dari para pemegang “otoritas kebenaran” moral dan agama.

Kepada kedua pembanding diskusi Lysis ini, Herudjati dan Donny, saya berharap banyak bahwa mereka akan menjadi sahabat yang baik buat Romo Setyo, dengan memberikan kritik tajam terhadap pledoi sekaligus tafsir atas Lysis. Tapi rupa-rupanya mereka lebih memilih untuk menjadi pemberat timbangan kebenaran Romo. Apalagi Donny. Ulasannya sungguh membosankan. Tigapuluh menit lebih waktu yang diberikan moderator habis hanya untuk membacakan makalahnya—membacakan dalam arti harfiah, sebenarnya—sudah begitu makalahnya penuh kutipan langsung, layaknya sebuah sinopsis sastra anak SMA.

Hal yang sama juga diikuti Herudjati. Bahkan secara eksplisit pujiannya agak hiperbolis. Misalnya dengan menggolongkan teknik penerjemahan yang dilakukan Romo Setyo sebagai: Ruuuar biasa! (penulisan saya tulis persis seperti di makalahnya)

Akibat selanjutnya bisa ditebak, diskusi berakhir tanpa menghasilkan tesis (kebenaran?) dalam titik yang lebih tinggi. Lantaran kehadiran Donny dan Heru tak mampu menjadi antitesis (sahabat) atas pandangan Romo Setyo (tesis). Celakanya, saya sendiri karena belum membaca secara utuh Lysis, tidak mampu menunjukkan pengekoran-pengekoran itu. Jadi kayaknya sama saja ya, hehehe.

Tapi baiklah, sebagai bukti ”pertobatan”, saya akan meresensi buku Lysis. Mudah-mudahan dalam waktu dekat akan segera menyusul tulisan ini.

Oh, iya, beruntung sekali saya bisa merekam jalan diskusi Lysis ini. Jika teman-teman ingin memiliki rekaman dan foto-foto acara tersebut, silakan email saya, via japri tentu saja. Durasinya 3 (tiga) jam. Dalam format MP3.♦
Share this article :

+ komentar + 1 komentar

Anonymous
Sunday, September 27, 2009 9:45:00 am

Anda ini lucu. Mengikuti diskusi filsafat untuk mencari jawaban. Bila filsafat selalu menghasilkan jawaban, ia mati pada dirinya. Setiap jawaban, akan menjadi pertanyaan.

Mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Saya mengacungkan jempol Anda mencoba kritis
dalam melihat diskusi.
Namun perlu diingat bahwa suatu diskusi filsafat
(entah tentang buku atau apapun)
hendaknya dilihat sebagai "diskusi filsafat".

Sekali lagi saya mohon maaf,
mungkin Anda perlu studi terbimbing tentang filsafat,
sebelum mencoba mengomentari suatu diskursus.
Studi mandiri itu baik, namun untuk filsafat, studi dalam bimbingan adalah langkah awal.

Plato berbicara tentang Lysis,
yang kemudian akan terus naik ke titik lebih tinggi,
dalam sejarah filsafat barat.

Dr. Setyo menulis tentang Lysis Plato,
pembedah lain berbicara tentang Lysis Plato,
maka setiap pembicaraan akan berhenti pada Plato.
Mungkin Anda merasa itu belum titik kebenaran lebih tinggi,
namun memang Anda harus berhenti di sana bila "hanya" mengenal Plato.
Dr.Setyo dan penanggap mencoba "setia" pada tulisan Plato,
maka mereka tidak bicara tentang apapun yang Anda maksud sebagai titik lebih tinggi,
karena itu akan masuk ke lapisan sejarah filsafat baru,
bukan lagi filsafat Yunani (dimana Plato ada di dalamnya),
namun dapat meloncat keluar konteks menuju lapisan sejarah Filsafat Barat, Kontemporer bahkan Post Modern.

Semoga tulisan ini berguna.
Semoga Anda semakin terdorong memahami filsafat secara keseluruhan,
terstruktur, dan setia pada jejak-jejak
sebelum Anda kembangkan lebih jauh.

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kumpulan artikel gratis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger