Home » » Menjadi Teroris Melalui Buku

Menjadi Teroris Melalui Buku

Written By Agus M. Irkham on 19 Oct 2009 | 06:13



: agus m. irkham

Buku dan teroris. Belakangan dua lema itu senantiasa berlekatan. Hampir di setiap penggrebekan dan penyergapan yang dilakukan Densus 88 di rumah tersangka terorisme selalu ditemukan buku-buku islam, jihad dan bunuh diri. Mulai dari penangkapan Munawar dan Iwan Cahyono di Semarang, November 2005 silam. Hingga yang terbaru, penggeledahan di rumah kontrakan Maruto di Boja, Kendal dan rumah Baridin di Cilacap.

Pertanyaannya, apakah keberadaan buku-buku islam, jihad, dan bunuh diri di rumah Munawar, Iwan, Maruto, dan Baridin sesuatu yang kebetulan? Apa iya, secara tiba-tiba mereka memutuskan diri untuk “berjihad” usai mendaras buku? Sebegitu dahsyatkah pengaruh dari sebuah buku? Apakah memang ada linearitas antara apa yang dibaca dengan pembacanya? Lantas, bagaimana sebenarnya relasi atau pertalian antara teks dengan pembacanya?

Dikuasai buku
Sejauh ini ada dua pandangan yang selama ini dipakai, saat orang mempertanyakan relasi antara teks (buku) dengan pembacanya. Pertama, pembaca sepenuhnya “dikuasai” buku. Pandangan ini dikemukakan oleh McClelland, seorang psikolog sosial yang tertarik pada masalah–masalah pembangunan. McClelland mempertanyakan, mengapa ada bangsa-bangsa tertentu yang rakyatnya bekerja keras untuk maju, dan ada yang tidak.

Dia membandingkan bangsa Inggris dan Spanyol, yang pada abad ke-16 merupakan dua negara raksasa yang kaya raya, namun sejak saat itu Inggris terus berkembang menjadi semakin besar. Sedangkan Spanyol menurun menjadi negara lemah.

Setelah mencari beberapa aspek melalui penelitian, di antaranya dengan mengumpulkan 1300 cerita anak-anak dari banyak negara dari era 1925 dan 1950, akhirnya McClelland menemukan jawabannya. Ternyata faktor penentu perbedaan itu terletak pada (buku) cerita dan dongeng anak-anak yang terdapat di kedua negera tersebut. Dongeng dan cerita anak-anak di Inggris pada awal abad ke-16 itu mengandung semacam virus yang menyebabkan pembacanya terjangkiti penyakit butuh berprestasi.

Sedangkan cerita anak dan dongeng yang ada di Spanyol didominasi oleh cerita romantis, lagu-lagu melo, tarian—membuat penikmatnya lunak hati. Simpul akhir McClelland: cerita anak-anak yang mengandung nilai achievement yang tinggi pada suatu negeri, selalu diikuti dengan adanya pertumbuhan yang tinggi pula, pada negeri itu dalam kurun waktu 25 tahun kemudian. Jadi perubahan cara berfikir dan pandangan hidup yang dipengaruhi buku itu bersifat evolutif.

Menguasai buku
Pandangan kedua, pembaca menguasai teks. Tiap pembaca memunyai kuasa pilih atas tafsir suatu teks. Setelah usai mengkhatamkan suatu teks (buku), pembaca memunyai otonomi untuk (tidak) memedulikan lagi isi teks yang baru ia tekuni. Termasuk menafsirkan isinya yang sama sekali berbeda dengan maksud penulisnya. Kuasa pembaca atas teks berada dalam satu garis lurus dengan kematian sang pengarangnya (Edit. Toeti Heraty, 2000).

Maka tak mengherankan jika kita mendapatkan seseorang yang begitu getol membaca misalnya buku-buku wacana kiri, mendaras buku Osama bin Ladin—Jihad Sepanjang Hayat (Ready Susanto, 2001), Darus Islam dan Kartosuwirjo (Holk H. Dengel, 1995), Dari Penjara ke Penjara (Tan Malaka, 2000) tapi tak kunjung membuat ia radikal, baik sebagai kanan jauh maupun kiri jauh.

Ketika satu buku diterbitkan, maka sudah dengan sendirinya membawa serta dekontekstualisasi suatu teks, tulis Ignas Kleden dalam esai berjudul Buku di Indonesia: Perspektif Ekonomi Tentang Kebudayaan, yang terhimpun dalam Buku dalam Indonesia Baru (Edit. Alfons Taryadi, 1999) . Hal senada juga dikemukan Karlina Leksono saat menjadi salah satu pemateri dalam simposium ”Meningkatkan Peranan Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Baru Indonesia,” Februari 1999.

Dengan meminjam tesis Gadamer, Karlina mengatakan bahwa aktivitas membaca memungkinkan terbentuknya persimpangan antara dunia kehidupan pembaca dan dunia teks sehingga berlangsung tindakan eksistensial pembaca yang membuat makna sendiri atas teks. Membaca bukan suatu kegiatan yang ditambahkan melainkan yang berjalin dengan makna teks. Para pembaca adalah pencipta-bersama makna. Teks menjadi sebuah kehadiran yang tidak pernah selesai; kehadiran yang mengatasi kungkungan waktu. Dalam konteks buku jihad: membacanya belum tentu akan menjadi “teroris”. Sifat pertalian antara teks dan pembacanya pun tidak tetap, pasti, dan baku.

Simpulan akhir
Berdasarkan dua pandangan di atas, pertalian antara teks (buku jihad, islam, bunuh diri, dan terorisme) dengan pembacanya dapat dipetakan sebagai berikut: Pertama, keberadaan buku jihad bukan pemicu (sebab), tapi sebagai alat legitimasi (akibat). Menguatkan cara pikir dan resistensi yang sudah ada sebelumnya. Maka dalam situasi demikian, keberadaan buku tentang jihad dan bunuh diri dapat dijadikan bukti atau memperkuat sangkaan. Tapi tidak lantas menyebabkan buku tersebut terlarang untuk publik. Karena tanpa ada modal ideologis-historis yang sebelumnya telah dimiliki calon pembaca, seprovokatif apapun isi suatu buku, tidak akan banyak memberikan pengaruh. Karena, sekali lagi kuncinya tetap pada diri si pembaca.

Kedua, sebagai sarana mengonfirmasi, memverifikasi, dan membandingkan antara konsepsi jihad yang ia dapat melalui jalan ngaji/berguru/tuturan lesan dengan apa kata buku. Peta kedua ini, justru menempatkan pembaca dan pengoleksinya sebagai saringan. Maka membaca dan memilikinya tidak serta merta menjadikan seseorang dapat digolongan sebagai teroris. Apalagi proses indentifikasi dan internalisasi dari buku ke sistem nilai si pembaca berjalan secara sangat perlahan (evolutif) dan tidak linear.

Pemahaman atas dua peta itu penting, karena akan menghindarkan kita, terutama aparat negara dari berbagai tindakan yang dipicu oleh rasa kuatir berlebihan: pelarangan, penyitaan, dan pembakaran terhadap buku. Jika di masa orba buku-buku kiri, sekarang buku-buku jihad, bunuh diri, dan terorisme. Sebuah situasi yang tentu saja sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan dunia perbukuan di tanah air.♦
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kumpulan artikel gratis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger