Home »
» Menggagas Sudut Baca di Taman KB
Menggagas Sudut Baca di Taman KB
Written By Agus M. Irkham on 11 Nov 2009 | 00:00
: agus m. irkham
Ada fakta menggembirakan. Sekarang Taman Menteri Supeno atau lebih dikenal dengan sebutan Taman KB tidak lagi identik dengan taman waria. Padahal di awal tahun 2000, ketika saya masih kuliah di Universitas Diponegoro (Undip) dan tinggal di Jalan Menteri Supeno, penyebutan nama Taman KB masih dilekati dengan tempat waria mangkal. Saat itu, setiap berjalan melewati Taman KB di malam hari, saya masih sering digoda para waria. Tentu saja hapusnya cap itu patut disyukuri.
Apalagi hari-hari ini Taman KB tengah direhabilitasi. Rehabilitasi yang dibiayai APBD 2009 Pemkot Semarang tersebut meliputi pembangunan panggung teater, area bermain untuk anak-anak, air muncrat, dan terapi kaki untuk lansia. Proses pengerjaan proyek bernilai hampir Rp1 Miliar itu diharapkan selesai paling lambat pertengahan November 2009.
Selama ini Taman KB tidak saja menjadi tetenger (land mark) Kota Semarang tapi juga berfungsi sebagai paru-paru kota. Sebuah kemewahan tersendiri buat warga Kota Semarang, di tengah kian menciutnya ruang publik, dan tingginya tingkat pencemaran udara, masih tersedia tempat yang sejuk nan strategis. Terletak persis di belakang Gedung DPRD I Propinsi Jateng. Mempertemukan tiga jalan. Yaitu jalan Pahlawan, jalan Pandanaran II, dan jalan Menteri Supeno. Hanya sekitar 100 meter ke selatan dari arah simpang lima. Jadi memang betul-betul berada di lokasi yang sangat taktis.
Berkaitan dengan proses rehabilitasi, guna melengkapi sarana yang tersedia, alangkah baiknya juga dibangun semacam sudut baca, taman baca, ruang baca publik, perpustakaan warga, atau apapun namanya. Untuk menjamin ketersediaan buku bacaan, bisa diintegrasikan dengan program perpustakaan keliling Perpustakaan Kota Semarang dan Perpustakan Propinsi Jawa Tengah (Perwil).
Untuk siapa pojok baca itu? Tentu saja masyarakat umum, terutama siswa sekolah dan mahasiswa. Apalagi Taman KB di kepung oleh beberapa sekolah dan Universitas. Seperti SMAN 1, SMA Nasima, STM Pembangunan, Undip, Universitas Stikubank, Universitas Muhammadiyah Semarang, dan Universitas Semarang. Mereka bisa menjadi shareholders inti ruang baca publik tersebut.
Dari sisi paling dekat, penambahan sarana itu dapat mempertemukan kepentingan banyak pihak. Dari harapan masyarakat atas terus lestarinya kualitas daya dukung lingkungan kota, pamrih sekolah mencetak siswa yang mencintai ilmu pengetahuan, lingkungan hidup sekaligus kreatif. Serta tujuan Pemkot Semarang meningkatkan kualitas cara berfikir warganya melalui aktivitas membaca.
Sedangkan dari segi yang paling jauh, penyediaan sudut baca ini juga bisa dimaknai sebagai bagian dari ayunan awal gerakan kebudayaan (cultural movement): rangsangan dan fasilitasi buat bertumbuhnya komunitas-komunitas kreatif di Kota Semarang. Sekarang ini hampir di setiap kota besar di Indonesia, denyut nadi kehidupannya ditentukan oleh aktivitas ekonomi kreatif, di mana orang tidak lagi jual barang tapi ide. Dan sandaran bagi aktivitas ekonomi kreatif adalah komunitas.♦
Post a Comment