Home » » Tiga Komponen Penting Artikel

Tiga Komponen Penting Artikel

Written By Agus M. Irkham on 22 Feb 2011 | 10:46



:: agus m. irkham
--dicuplik dari buku Prigel Menulis Artikel--

Artikel merupakan salah satu jenis tulisan yang unik. Berisi tentang suatu yang ilmiah, tapi dikemas dengan bahasa yang cair, ngepop dan menarik. Tidak membuat dahi berkerut. Bahasa artikel adalah bahasa pinter. Jika ada pameo orang pintar membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah dipahami. Pameo tersebut berlaku untuk seorang penulis artikel.

Karena pembaca artikel di koran memunyai tingkat mamah kertas (kemampuan memahami teks) yang yang berbeda-beda, Anda harus betul-betul bisa membayangkan karakteristik pembacanya. Sehingga bisa menentukan gaya penulisan seperti apa yang akan Anda gunakan. Ini bertujuan untuk mengurangi resiko banyaknya jumlah pembaca yang tidak memahami tulisan Anda.

Salah satu cara untuk mengetahui apakah artikel Anda bisa dipahami oleh orang lain/pembaca, adalah dengan berempati menjadi orang lain. Kemudian Anda membaca artikel tersebut. Anggap artikel itu adalah tulisan orang lain. Jika Anda merasa bingung, berarti tingkat keterbacaan artikel itu tergolong rendah. Anda harus revisi, agar lebih mudah lagi dipahami. Kalau tidak terpaksa sekali, jangan menggunakan kata-kata sulit (asing). Gantilah kata-kata asing tersebut menjadi kata yang mudah dipahami oleh pembaca.

Tidak ada aturan tunggal atau baku, suatu artikel disebut bagus. Karena bagus-jeleknya sebuah artikel sebenarnya terletak pada suka tidak suka (like and dislike) redaktur, lebih tepatnya pembaca. Sekadar penggambaran saja, Anda suka makan bakso, ketika main ke rumah teman, Anda ditraktir mie ayam. Anda tidak terlalu bersemangat memakannya. Lalu apakah mie ayamnya tidak enak? Belum tentu. Karena ternyata teman Anda memakannya dengan sangat lahap, sampai keluar keringat. Persoalan sebenarnya sederhana: Anda lebih suka dan mengharapkan ditraktir bakso.

Persis seperti artikel. Ketika artikel Anda tidak dimuat, lalu apakah artikel itu jelek? Belum tentu. Siapa tahu artikel Anda belum sesuai dengan keinginan dan kebutuhan sebagaian besar pembaca. Atau gaya tulisan Anda sulit dipahami.

Meskipun begitu, kalau ”dipaksa-paksa” ada sih sedikit rumusan tentang sebuah artikel yang baik itu seperti apa. Pertama, apabila artikel yang ditulis mampu menggerakkan pembacanya. Setiap kalimat yang tersusun membiak menjadi sebuah dialog yang hangat, akrab, dan membahagiakan. Gaya tulisannya khas dan beda hingga terus melekat di ingatan. Ia merupakan gabungan antara teks yang dibaca dan pengalaman penulisnya. Buah dari mengakrabi kehidupan. Membuat pembaca mendapatkan sesuatu setelah ia selesai membaca.

Saya punya cara jitu bagaimana melatih menulis artikel yang bagus. Yaitu dengan (awalnya) meniru penulis lain yang saya anggap pas banget dengan gaya yang saya maui. Cara demikian disebut bencmarking. Meniru bukan berarti, lantas saya sekedar copy paste saja, atau hanya sekedar mengekor. Saya coba “meniru” berbagai gaya menulis, lalu menggabungkannya menjadi satu tulisan utuh. Sampai kapan peniruan itu saya lakukan?

Pertanyaan itu hanya bisa dijawab dengan latihan menulis terus menerus. Ternyata proses latihan yang terus tiap hari tanpa putus, membuatku mulai berani untuk menulis dengan gaya saya sendiri.

Gaya tulisan penulis-penulis lain membantu menemukan gaya tulisan saya sendiri. Seperti itulah arti tulisan orang lain. Ia hanya sekedar menunjukkan jalan saja, tapi untuk sampai pada yang tujuan, saya harus berproses sendiri. Karena satu metode menulis tertentu untuk satu orang tepat, tapi belum tentu untuk orang lain. Meski begitu sebagai sebuah pilihan cara belajar, teramat sayang kalau harus dilewatkan.

Artikel yang baik dilihat dari judul, lead atau pemantiknya atau ada yang menyebut entry point, gaya penyajian isi serta dan paragraf akhir penutup artikel. Dua hal pertama yang saya sebut, peranannya sangat paling, tapi bukan berarti dua hal terakhir tidak penting. Judul dan pemantik menjadi sangat penting, karena menjadi perhatian pertama (calon) pembaca. Pembaca memutuskan untuk membaca artikel secara lengkap atau tidak biasanya setelah membaca judul dan paragraf pertama artikel.

Maka dari itu, berilah judul artikel dengan judul yang mudah diingat sekaligus “menggigit.” Sebab pembaca hanya perlu 4 detik untuk menyimak. Intimidasilah pembaca agar tergerak untuk membaca saat itu juga. Agar menggigit judul harus relevan, ada hubungannya dengan isi artikel yang Anda tulis. Provokatif, dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme pembaca. Di dalamnya terkandung-sebuah kesimpulan. Singkat, mudah ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya, dan enteng diingatnya.

Judul bisa memakai plesetan frase-frase yang sudah terkenal misalnya: “Preman Tapi Mesra”. Plesetan dari lagunya grup musik Ratu, Teman Tapi Mesra. “Buruk Muka Struktural, Cermin Sosial Dipecah”. Plesetan dari peribahasa Buruk Muka, Cermin Dibelah. “Jaring Pengamen Sosial”. Plesatan dari Jaring Pengaman Sosial. Atau menggunakan kata yang memunyai kesamaan rima seperti: “Kekerasan, Keti dan Rok Mini.” “Televisi, Kaya Laba Miskin Wacana.” “Manajemen Kurangajar Buku Ajar.” “Bahaya Bangsa Tanpa Minat Baca.”

Setelah judul, sekarang giliran pemantik. Pemantik harus mampu “berbicara,” meninju, menerbitkan rasa penasaran, hingga pembaca bersemangat untuk membaca paragraf-paragraf selanjutnya. Pemantik jangan terlalu panjang cukup dengan 3-5 kalimat pendek. Tiap kalimat antara 5 hingga 10 kata. Salah satu cara menguji apakah sebuah pemantik “bicara” atau tidak adalah dengan membacanya keras-keras. Kalau nafas Anda terasa habis dan tersengal-sengal ketika membacanya, berarti pemantik itu terlalu panjang.

Pemantik bisa berupa kutipan langsung. Tujuanya untuk mengagetkan pembaca, sambil mengajak mereka langsung masuk ke dalam tulisan Anda. Sumber kutipan bisa dari buku, ucapan orang lain yang kita dengar, atau pengalaman Anda sendiri, ketika berbicara dengan orang lain. Contoh :

“Mas, coba nulis tentang budaya baca warga Semarang, tapi yang mengarah pada optimisme, jangan sebaliknya, justru mendatangkan rasa pesimis dan apatis.” Pinta Joko Pinurbo, penyair asal Yogya, peraih penghargaan Katulistiwa Literary Award 2005, sekaligus wakil pemimpin redaksi majalah Matabaca. Saat itu kami satu mobil dalam perjalanan dari Depok menuju Jakarta. Usai menghadiri talk show “Membangun Komunitas Baca dan Tulis” di Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia 20 Maret 2003. Saya mengiyakan saja permintaan itu, saya tampung, untuk kemudian…lupa!”

(Budaya Baca Warga Semarang, Kompas, 30/5/2006).

Isi artikel yang disukai pembaca adalah artikel yang tidak berkesan menggurui, tidak bertele-tele, mengandung unsur humor, dan jika memaparkan data, tidak membuat pembaca bingung. Buatlah paparan data itu mudah dipahami oleh pembaca yang paling awam sekalipun.

Sekarang ada yang namanya kaedah jurnalisme presisi. Secara sederhana, oleh Eriyanto (1999) diartikan sebagai metode penulisan (dan atau artikel) dengan menggunakan penelitian ilmu sosial kuantitatif. Peristiwa, karakteristik, tingkah laku, atau sikap diubah menjadi angka-angka untuk ditelaah dan dianalisis.

Apa guna meneliti sebelum menulis? Pertama membantu kita mengurangi kesalahan, ketidakakuratan, ketidakobjektifan tulisan. Kedua, kita benar-benar menjadi orang yang tahu bukan sekadar pengamat atau pembuat analisis. Paparan data bisa berwujud tabel, diagram, grafik, dan sebagainya.

Dan terakir adalah penutup atau closing. Tutup tulisan Anda dengan kalimat (paragraf) yang mengundang pembaca tersenyum sekaligus merenung. Membuat penasaran, mengompori pembaca untuk memberikan tanggapan (polemik), atau berupa penegasan sikap yang bersifat mengajak. Contoh:

(1)
“Masyarakat cilukba adalah masyarakat hangat-hangat tahi ayam. Gampang heboh, latah, emosinya gampang tersulut, tapi juga gampang lupa. Kemarin ramai bicara soal kenaikan harga BBM, sekarang sibuk berbicara soal impor beras, besok soal reshuffle kabinet, lusa entah larut tentang apalagi. Ketika ditanya soal itu semua, modus jawabannya hanya satu: sudah lupa tuh! “

(Dari Buta Huruf Sampai Cilukba, Kompas 17 Februari 2006)

(2)
“Di tengah rencana pemerintah menghidupkan kembali komando teritorial (KOTER), pengawasan ketat terhadap pesantren-pesantren, dan setiap warga negara dihimbau untuk segera mendaftarkan nomor ponsel yang dimiliki—himbauan berbau paranoid. Tentu upaya melejitkan potensi humoris yang dimiliki tiap individu menjadi begitu relevan. Namun, ini harapan Saya, mudah-mudahan saja kita tidak meninggal gara-gara Mati Ketawa Cara Rus… eh Indonesia!”

(Mari Menertawai Diri Sendiri, Kaltim Post, 22/11/2005)

Bersihkan tulisan Anda dari kesalahan penulisan huruf, terutama kesalahan ejaan kata asing. Jangan sampai artikel yang Anda kirim penuh dengan “bedak” yang menutup kesalahan penulisan yang kelewat banyak. Endapkan saja sehari-dua hari, baca lagi. Baca versi cetaknyadi (print out), karena akurasinya lebih tinggi dibandingkan membaca langsung di layar komputer.

“Kebersihan” tulisan sangat membantu redaktur membaca dan menyeleksi tulisan. Jika baru membaca judulnya saja, sudah menemukan kesalahan huruf, tentu untuk membaca tulisan selanjutnya menjadi malas. Memastikan tulisan bersih dan benar (clear and correct) akan sangat membantu kenyamanan pembaca. Karena berdasarkan pengalaman, saya pernah mengirim tulisan, meskipun sudah mati-matian saya edit, tetap saja ada satu dua huruf yang kelewat. Padahal artikel sudah kadung saya kirim. Singkat cerita ketika dimuat, ternyata kesalahan itu belum dibetulkan. Meski tidak mengurangi substansi isi keseluruhan tulisan, tetap saja saat dibaca terasa mengganggu.
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kumpulan artikel gratis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger