Home » » Melongok Minat Baca Warga Batang

Melongok Minat Baca Warga Batang

Written By Agus M. Irkham on 10 Mar 2011 | 19:16



:: agus m. irkham

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi minat baca warga suatu kota. Pertama melalui pameran buku dan kegiatan yang berkaitan dengan buku. Kedua melalui kondisi perpustakaannya. Terutama perpustakaan daerah (kota/kabupaten). Kondisi yang saya maksudkan, terutama adalah jumlah kunjungan per harinya.

Kebetulan saya tinggal di Gringsing, wilayah paling timur dari wilayah kabupaten Batang. Jika harus ke perpustakaan daerah, yang terletak di sebelah selatan kantor bupati—sekitar 2 km—berarti saya harus menempuh perjalanan kurang lebih 50 km. Dari ujung timur ke ujung barat Batang. Meskipun jauh di mata, tapi karena dekat di hati, beberapa kali saya sempatkan berkunjung ke perpustakaan. Tujuannya ada dua. Pertama bertamu ke pengelola perpustakaan. Saling bertukar informasi tentang perkembangan budaya baca, terutama pada warga kota Batang. Kedua, melihat sendiri, seberapa tinggi antusiasme masyarakat kota Batang terhadap aktivitas membaca/berkunjung ke perpustakaan.

Berdasarkan temuan saya, hasil beberapa kali berkunjung ke perpustakaan kabupaten Batang tersebut, secara umum dapat saya simpulkan, minat baca warga Batang, khususnya mereka yang tinggal di sekitar wilayah kota Batang, cukup tinggi. Mengapa saya katakan cukup tinggi, karena belum sampai pada kondisi yang sangat tinggi—misalnya ditandai dengan tingkat kesibukan pustakawan, dan pegawai perpustakaan yang luar biasa sibuk. Sampai kuwalahan, kekurangan tenaga guna melayani masyarakat.

Secara faktual, tingkat kunjungannya cukup menggembirakan. Tidak saja dari sisi kuantitas atau jumlah pengunjung yang rata-rata per hari tak kurang dari 100 orang, tapi juga kualitas kegiatan para pengunjung (pemustaka). Mereka tidak sekadar datang mengembalikan buku, pinjam lagi, terus pulang. Banyak di antara pengunjung yang bertahan lama, membaca di ruang baca. Apalagi jika dibandingkan dengan perpustakaan kabupaten lainnya, Kendal, Grobogan atau Magelang misalnya, ruang perpustakaan kabupaten Batang terhitung luas. Ada ruang bermain anak yang disediakan khusus, yang penuh dengan alat permainan eduktif. Ada juga ruang referensi, yang menjanjikan kenyamanan buat pengunjung yang sedang melakukan penelitian. Ruang bacanya pun luas, nyaman, tidak panas. Meskipun tidak ber-AC.

Hanya saya, ini menurut salah satu pustakawannya, penggunaan ruang-ruang tersebut belum sepenuhnya optimal. Satu contoh, ruang bermain anak. Ruang ini sebenarnya bisa digunakan untuk kelas pembelajaran tentang kepengasuhan (parenting) bagi orangtua. Yang dapat dihelat secara periodik atau rutin. Tapi karena ada beberapa kendala, ide-ide seperti itu belum bisa dilaksanakan. Termasuk misalnya paket-paket mini pelatihan untuk orangtua, misalnya seni melipat kertas (origami), atau teknik mendongeng, juga belum dapat dilakukan.

Meskipun begitu, secara umum ada harapan. Ada potensi, kalau di masa datang, perpustakaan Batang akan lebih berdaya.Varian layanan yang diberikan kepada masyarakat akan semakin beragam. Sehingga meningkatkan loyalitas pemustaka, yang pada akhirnya secara umum bisa menjadi sarana untuk menguatkan dan mengembangkan kampanye budaya baca di kabupaten Batang.
Selain perpustakaan, ukuran lain yang bisa dijadikan titik pijak simpulan terhadap seberapa tinggi minat baca suatu warga kota adalah dengan melihat antusiasme warga saat ada pameran buku. Ada dua kegiatan perbukuan yang pernah saya datangi. Dua kegiatan tersebut yang pertama adalah pameran buku. Dan yang kedua adalah Batang Book on The Street. Yang pertama disebut, bertempat di gedung persis sebelah barat perpustakaan Batang.

Kegiatan pameran buku di Batang, selalu menjadi even yang dinanti-nanti masyarakat. Demikian pengakuan salah satu pustakawan perpustakaan Batang kepada saya. Dan memang, pengakuan itu tidak berlebihan. Berdasarakan temuan saya menyaksikan pameran buku yang digelar pada akhir 2010 lalu, masyarakat Batang tumpah ruah di area pameran. Terutama saat acara pendamping berlangsung. Hanya saja, acara pendamping yang dimaksud, adalah adalah acara pendamping yang secara langsung tidak berkaitan dengan buku. Misalnya, festival dolanan bocah. Giliran acara pendamping yang menawarkan ilmu, pengetahuan, informasi, kesadaran, wacana—seperti bedah buku, dan peluncuran buku, jumlah pengujung yang hadir dapat dihitung dengan jari.

Kenyataan tersebut menjadi pekerjaan rumah tersendiri buat event organizer dan perpustakaan kabupaten Batang. Bagaimana meramu acara yang menawarkan keseriusan, tapi disajikan dengan tampilan yang menarik. Sehingga pengunjung merasa percaya diri untuk ikut bergabung mengikuti acara. Tidak memiliki jarak, baik psikologi maupun intelektual.

Lain pameran buku, lain pula Batang Book on The Street (terselenggara pada Agustus 2010 lalu). Semangat yang hendak dimunculkan dari program ini adalah mengkampanyekan aktivitas membaca buku secara terbuka, di ruang publik, dan secara ekstrovet. Sekaligus harapannya menjadi wacana sanding buat warga Batang, ternyata acara perbukuan itu tidak harus berlangsung di gedung tertutup, tapi bisa di luar gedung.

Kebetulan Batang Book on The Street berlangsung di sebelah selatan-barat alun-alun Kabupaten Batang. Acaranya pun beragam. Justru pameran buku hanya menjadi aksesoris (pendamping). Yang utama adalah acara-acara yang menekankan partisipasi pengunjung. Beberapa diantaranya adalah Aksi Dongeng Jalanan, Festival Mewarnai, lomba tebak jumlah buku, kuis berburu buku, dan lain-lain. Lantaran kegiatan yang ditawarkan sangat beragam, nan asyik, banyak warga Batang yang berduyun-duyun memadati acara tersebut.

Simpulan akhir saya atas temuan-temuan di atas: minat baca warga Batang, mulai meningkat. Kecenderungan ini harus terus dikembangkan. Sehingga kesadaran masyarakat akan pentingnya aktivitas membaca kian menembal. Harapannya, tidak sekadar berminat membaca, tapi aktvitas membaca berubah menjadi budaya. Membaca menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari. Semoga.

Sumber : Suara Merdeka, 25/2/2011 dengan judul Mengapresiasi Budaya Baca
Foto : Ilustrasi—Wien Muldian.
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kumpulan artikel gratis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger