Home » » Laporan dari Peninjauan (Bagian 1)

Laporan dari Peninjauan (Bagian 1)

Written By Agus M. Irkham on 14 Sept 2011 | 10:57

:: agus m irkham

Kata “peninjauan” di atas bukan bermakna sidak layaknya yang biasa dilakukan pejabat. Melainkan nama salah satu kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Kebetulan Rabu 27 Juli 2011 saya—mewakili Pengurus Pusat Forum TBM—menghadiri acara peluncuran TBM Mitra Ogan yang terletak di kecamatan tersebut. Tepatnya di Desa Karangdapo. Apa saja yang berlangsung saat peluncuran, bagaimana kondisi TBM yang diluncurkan, makna strategis dan taktis apa yang bisa dipetik oleh PP FTBM dari peluncuran TBM Mitra Ogan tersebut? Bagaimana tindak lanjutnya? Simak laporan lengkap saya berikut ini. Agak saya dramatisir sedikit, biar tambah enak bacanya, hehehe.

--------------------------------------------------------------- ---------------

Ahad 23 Juli 2011 sepulang dari acara Rembuk Budaya Baca di Yogya, saya disms Gol A Gong. Mengabarkan tentang undangan penerbit Balai Pustaka, agar salah satu PP FTBM hadir dalam acara peluncuran TBM di Baturaja. SMS tidak saya balas. Selang 15 menit kemudian, Gol A Gong SMS lagi, kali ini berisi terusan SMS yang ditujukan ke Balai Pustaka bahwa saya yang bakal hadir di acara tersebut. Sambil mengingatkan bahwa hari Selasa (22/7) saya harus sudah tiba di lokasi acara. Untuk lebih menyakinkan lagi, sejurus kemudian Gol A Gong menelpon saya.

Saat itu pula saya membuka peta sumatera. Baturaja ternyata terletak di perbatasan antara Sumatera Selatan dan Lampung. Saya coba kontak teman yang berasal dari Liwa, Lampung, Baturaja, dan Palembang. Kira-kira lebih dekat mana, Palembang-Baturaja, atau Lampung-Baturaja. Termasuk jalur dan pilihan dan alat transportasi. Berdasarkan keterangan teman semasa SMA yang sudah menetap cukup lama di Baturaja, saya jadi mahfum, Baturaja lebih pendek didekati dari Palembang.

Akhirnya senin pagi saya cari tiket pesawat. Inginnya yang langsung dari Semarang. Tapi semua airlines habis. Akhirnya saya pilih yang berangkat dari Cengkareng (SOETTA) – Sultan Mahmudi Badaruddin II (Palembang). Itu pun saya mendapat jadwal penerbangan sore. Begitu tiket saya dapat, saya langsung menelopon trevel jalur Pasar 16 (Palembang) ke Baturaja. Paling sore jam 5. Duh! Dapat dipastikan tidak akan kekejar. Karena jarak Bandara ke Pasar 16 sekitar 10 KM, yang membutuhkan waktu tempuh minimal 40 menit. Lama karena macet. Harap maklum, guna mengejar deadline persiapan penyelenggaraan SEAGAMES, jalan dari Bandara yang menghubungkan ke kota sedang diperbaiki. Digali, diperlebar, dan diaspal.

Senin malam saya berangkat ke Jakarta naik kereta dari Weleri, Kendal. Dari sini kereta yang tersedia hanya kelas Ekonomi dan Bisnis. Tempat duduk habis. Tak apalah. Meskipun harus berulang kali terusir oleh penumpang yang naik dari stasiun setelahnya dan punya tiket. Pilihan akhir bisa ditebak: segera menggelar koran, terlelap di atas lantai kereta. Jam 9 malam kereta berangkat menuju Stasiun Senen, Jakarta. Sekitar jam setengah 4 pagi, kereta tiba. Sambil menunggu jemputan saudara yang rencananya akan saya singgahi (transit) sebelum ke bandara, saya holat subuh berjamaah dengan mushola stasiun.

Tumben, Garuda delay. Semula jadwal terbang pukul 14.45 wib menjadi 15.05 WIB. Benar-banar take off sekitar jam setengah 4 sore. Tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang pukul 16.45 WIB. Demi meretas waktu, tas besar berisi baju terpaksa saya tenteng-tenteng. Karena kalau harus masuk bagasi, bakal lama lagi berada di Bandara. Begitu berada di selasar jemputan, saya langsung mencari ojek menuju Pasar 16. Sebelumnya saya menelpon kembali travel. Langsung dijawab: telat pak! Terus saya tanya, apakah ada travel lain yang jam berangkatnya jam setengah 6 atau jam 6.

“Coba pak hubungi BW 2000! Sepertinya mereka punya jadwal berangkat sampai jam 6 sore. Saya langsung bilang ke pak Ojek (saat saya tanya namanya: Anjas. Saya juga minta nope-nya, siapa tahu suatu waktu saya butuhkan) harus sudah sampai di Pasar 16 paling telat jam setengah. Kontan saja, ia memacu motornya. Meliak-liuk mencari sela-sela jalan di antara mobil yang membuat kondisi jalanan saat itu sangat padat dan macet. Beberapa kali diselingi dengan insiden ngerem ndadak, yang membuat helm yang saya pakai kepentok helm Kak Anjas—di Palembang sapaan paling sopan kepada yang lebih tua sedikit adalah Kak. Kepanjangan dari Kakak. Kalau jawa: mas.

Alhamdulilah jam 17.15 WIB saya tiba di Pasar 16. Dengan bertanya ke dua –tiga orang, saya menuju travel BW 2000. “Ke Baturaja, masih ada Kak?” Tanya saya. “Masih”! Plong hati saya. Jam setengah 6 sore lebih sedikit, mobil (travel) berangkat ke Baturaja. Berhenti untuk makan di Prabumulih. Di sini ternyata ada restoran Sunda loh. Tiga puluh kemudian perjalanan dilanjutkan. Jalanan dari Palembang ke Baturaja padat, kebanyakan dipenuhi truk pengangkut batubara. Sekitar pukul 11 malam, saya tiba di Baturaja. Saya turun di depan Kodim Baturaja. Sepuluh menit kemudian, datang teman SMA saya dengan mobil NISSAN PAJERO-nya menjemput saya. Semula saya hendak diinapkan di rumahnya. Tapi karena tengah direnovasi, akhirnya saya menginap di hotel Nirata. Berjarak selemparan batu dari lokasi rumah teman saya ini.

Saya langsung mengabarkan kedatangan saya ke orang Balai Pustaka (Mery) bahwa saya sudah tiba di Baturaja. “Besok pagi siap-siap jam 7 mas, akan dijemput oleh mbak Putri dari Mitra Ogan. Lokasi TBM dari Baturaja masih 2 jam perjalanan” Tulis SMS Mery. Setelah diantar ke hotel dan mengobrol sebentar, pukul 1 dini hari, saya coba istirahat, meskipun agak sulit. Kebiasaan saja—kalau terlalu capai justru susah tidur. Lebih-lebih kalau jauh dari anak, eh istri nding, hahaha!

Rabu pagi (27/7) jam 7 saya sudah siap dijemput. Lama saya menunggu. Ternyata Putri tidak jemput. Sebagai gantinya saya dijemput oleh Pak Dar dari Rajawali Nusantara Indonesia. Nama BUMN yang digandeng BP untuk mengehelat program TBM. Saya pun memperkenalkan diri. Termasuk sounding tentang PP FTBM, dan peran apa yang bisa kita mainkan (bentuk kemitraan) dalam konteks keberadaan TBM Mitra Ogan. Pukul setengah sebelas, saya tiba di Balai Serba Guna Kecamatan Peninjauan. Sebelum acara peresmian TBM, ada pemberian penghargaan siswa siswi SD, SMP, dan SMA berprestasi.


Pukul 14.10 wib, acara peluncuran TBM Mitra Ogan dimulai. Banyak masyarakat yang hadir. Hitungan kasar saya ada sekitar 300 orang. Para pejabat, mulai dari kepolisian, kodim, diknas, juga hadir. Sebelum pengguntingan pita peresmian, ada acara penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba penulisan cerita untuk siswa sekolah, dan puisi untuk ibu-ibu. Temanya menarik: Suamiku matahariku. Yang membuat hingar adalah saat pemenang pertama didaulat membacakan puisinya. Penuh rasa haru ia membaca puisinya. Ada beberapa ibu yang hadir turut terharu. Mata mereka berkaca-kaca.[]

Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kumpulan artikel gratis - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger